Kisahku dengan Joki dan Tokang masih belum selesai sampai disitu, suatu hari air susuku berkurang dan kadang kadang macet sama sekali. Akupun mengadukannya kepada nenek tentang hal ini.
“ hmm, khasiat serbuk sari itu sudah habis, sepertinya kamu harus mencarinya lagi, kalau yang dekat sini ada beberapa buah yaitu didekat permandian yang kutunjukan waktu itu. Tapi kalau sudah habis berarti kamu harus mencarinya di sungai Kimo di barat sana” kata nenek.
Jadi kuputuskan untuk mencari di pemandian dekat sini saja. Aku kesana siang hari, pemandian di dindingi tembok, dan memakai pintu seng , pemandangan alamnya sungguh luar biasa, suasananya juga adem khas hutan tropis.
Aku melihat 3 bunga besar disana, 2 sudah masak dan 1 lagi masih kecil, kudekati bunga yang besar. Sementara Tokang kuikat didekat pohon yang agak besar disana. Setelah aman, aku tidak tahan untuk membuka bajuku, menikmati jernihnya air pemandian itu. Bunga besar tumbuh langsung di tanah, layaknya bunga bangkai. Hanya saja kepala putiknya tampak menonjol keatas.
Setelah puas mandi, akupun mendekati bunga itu, kupikir jika kupotong kepala putiknya mungkin dia akan mati seperti bunga terdahulu, dan jika semua bunga disini mati, akupun akan repot mencarinya di sungai Kimo yang agak jauh.
Jadi kuputuskan untuk “melakukannya” disini saja, kupilih bunga yang paling tersembunyi tempatnya, disini, bahkan Tokangpun tidak bisa melihatku karena terhalang sebuah batu besar. Akupun mulai bersiap-siap, setelah mengeringkan badanku dan menggunakan dasterku, akupun mengangkang diatas bunga itu. Sedikit ragu-ragu, aku mulai perlahan mendekatkan kelaminku dengan kepala kelamin sang bunga.
Dan saat kepala putiknya bersentuhan dengan liangku..kurasakan ada sensasi getaran darinya. Akhirnya kuberanikan untuk mendorong pantatku kebawah..dan blesss.. kepala putik seukuran 15 cm amblass amsuk ke liang kewanitaanku, kuberanikan juga duduk di kelopak bunga itu (bunganya keras seperti kayu, sehingga bisa menopang tubuhku) kakiku mengangkang sempurna, kedua pahaku ditopang oleh kelopaknya yang kuat sedangkan vaginaku mengurut urut kepala putiknya yang keras dan bertekstur kasar.
Aku mulai merasakan keenakan, tiba tiba kurasakan kepala putik itu bergerak gerak sendiri, ke atas-ke bawah dan kadang bergetar-getar. Rasanya memang enak.. ughhh.. kepala putik itu juga semakin membesar. Namun tidak masalah karena vaginaku bisa menyesuaikan diri. Aku duduk dalam posisi statis. Sedangkan kepala putik sibuk berkelojotan menusuk nususk vaginaku. Teksturnya yang kasar dan berbintil bintil menambah kegelian yang kurasakan.. ughhh .. ahhh .. aku benar benar merasakan kegelian sekaligus kenikmatan yang sangat di vaginaku.
Tak kusadari tanganku mulai menysup dan mulai memainkan itilku. Semakin lama semakin cepat, dan ughhhh, orgasme pertamaku, kurasakan begitu hebat, bahkan dengan mas Heru aku tidak pernah merasakannya. Kurasakan liang kemaluanku mulai basah dan licin dan cairan itu entah bagaimana sepertinya merangsang si kepala putik untuk semain keras menyodok. Sepertinya kepala putik itu mulai terangsang oleh cairan vaginaku dan sodokannya sangat keras dan liar.
"Astaga.. stop stop.. pelan-pelan." rintihku. Tapi kepala putik itu tetap melakukannya.
Selama 20 menit aku merasakan kenikmatan bersenggama dengan supucuk bunga ?? astaga.. tapi itulah faktanya.
Sang kepala putik menyemprotkan cairannya dengan keras, kali ini lebih banyak dan lebih keras dibandingkan yang dulu. Dan uniknya kelopak bunganya berubah warna lebih merah dan cerah. Astaga, Dia menikmatinya, pikirku dalam hati.
Tanganku mengelus-elus kelopak bunga itu, pertanda akupun menikmatinya. Ini hanya sebuah permainnan, pikirku, bukan perselingkuhan ! Pikirku waktu itu berusaha untuk membenar-benarkan tindakanku. Dan memang benar, toh ini seperti memasukan mentimun kedalam vaginaku, suamiku pernah mencobanya, jadi anggap saja seperti itu toh ?!
Kejadianku bersenggama dengan sang kepala putik sedikit banyak telah merubahku, kini aku tidak malu-malu lagi dengan Tokang dan Joki, walaupun aku tetap menjaga agar tidak bersetubuh dengan mereka.
Tokang sekarang sudah resmi berbagi kamar denganku. Sekarang setiap kali aku berganti baju dan mandi maka aku mengajaknya, monyet kecil ini seringkali meraba kemaluanku. Hal itu bukan barang aneh lagi baginya, walaupun kadang aku melarangnya tapi disaat saat suntuk kubiarkan saja dia bereksperimen, diapun sudah mulai mahir memelorotkan celana dalamku. Kadang-kadang aku tertawa dibuatnya.
Joki lain lagi, anjing itu kadang cuek padaku, namun disaat kegatalan akibat cairan bunga beraksi, hidungnya yang tajam membuatnya membaui aroma vaginaku yang terangsang. Berbeda dengan Tokang yang masih kecil (belum puber) Joki sudah cukup usia, sepertinya dia tahu bagaimana cara menggauli betina termasuk aku. Itulah sebabnya aku lebih membatasinya, hanya jika aku memandikannya saja dia bisa melihatku telanjang bulat, kadang juga jika aku merasa “gatal” kubiarkan anjing ini menjilat-jilati anusku. Rasanya geli banget. Namun biasanya aku tidak tahan, dan membiarkannya menjilati kemaluanku juga. Kadang dia berusaha melompatiku, sepertinya dia ingin menyetubuhiku, namun tentunya tidak kubiarkan.